Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Larangan Berkeluh Kesah Tentang Kesusahan Duniawi, dan Merendah Terhadap Orang Kaya

Al-hikmah baras, ngaji, karave baras, nashaihul ibad

Sebagaimana sabda Nabi Saw. yang artinya

"Barang siapa yang di pagi hari sudah mengadukan kesulitan hidupnya (kepada orang lain), maka berarti ia telah mengeluh atas kehendak Tuhannya. Dan barang siapa yang di pagi hari sudah merasa susah dengan urusan duniawinya, maka berarti ia telah membenci Allah pada saat itu juga. Dan barang siapa yang merendah kan dirinya di hadapan orang kaya lantaran melihat hartanya, maka sesungguhnya telah hilang dua pertiga agamanya (dari dirinya). ”

Segala pengaduan itu memang hanya layak disampaikan kepada Allah SWT. karena dengan mengeluh kepada Allah, berarti kita tidak jauh beda dengan kita berdoa kepada-Nya. Sedang mengadu kepada sesama manusia itu menunjukkan ketidakrelaan dia terhadap apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT untuk dirinya. Sebagaimana yang telah diterangkan dalam sabda Rasulullah SAW. yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud yang artinya kurang lebih sebagai berikut:

“Bukankah aku belum mengajarkan kepada kalian kalimat yang (pernah) diucapkan oleh Nabi Musa AS. ketika menyeberangi lautan bersama Bani Israil?" Maka kami menjawab, “Begitulah, wahai Rasulullah. ” Beliau bersabda, “Ucapkanlah "Allaahumma lakal hamdu dst. " (Wahai Tuhanku, hanya bagimu segala puji. hanya kepada-Mu lah tempat mengadu. Engkaulah tempat meminta pertolongan, dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan hanya dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung. )”

Al A'masy berkata, “Setelah aku menerima kalimat-kalimat itu dan' Saqiq Al-Asadi yang berkebangsaan Kufah, yang ia juga memperolehnya dari Abdullah RA. maka aku pun tidak pernah meninggalkannya lagi.” Kemudian ia berkata, “Dalam mimpiku aku melihat seseorang yang datang kepadaku. seraya berkata, “Wahai Sulaiman, tambahlah kalimat-kalimat itu dengan bacaan : “... dan kami mohon pertolongan kepada-Mu atas kehancuran yang telah menimpa kami, dan kami mohon kepada-Mu kebaikan segala urusanku. "

Dan barang siapa yang merasa sedih lantaran memikirkan urusan-urusan duniawinya maka berarti ia telah marah kepada Allah, hal ini disebabkan karena itu sama artinya bahwa dia tidak rela dengan Qadha yang telah ditentukan oleh Allah, tidak sabar terhadap ujian-Nya, dan tidak beriman kepada Qadar-Nya. Karena apapun yang terjadi di dunia ini pada dasarnya adalah berdasarkan Qadha dan Qadarnya Allah.

Dan barangsiapa yang merendahkan dirinya di hadapan orang yang kaya lantaran melihat kekayaannya, maka sesungguhnya ia telah kehilangan dua pertiga agamanya.

Agama kita Islam hanya membolehkan seseorang memuliakan orang lain karena kebaikan dan ilmunya (tidak karena kekayaannya). Oleh sebab itu, barang siapa yang lebih mengagungkan harta bendanya daripada yang lainnya. maka berarti ia telah meremehkan ilmu dan kebaikan. Sayyid Syaikh Abdul Qadir Al Jailani -Qaddasa Sirrahu pernah mengatakan. “Perbuatan orang yang beriman itu harus berdasar pada tiga perkara, yaitu mengerjakan segala yang telah diperintahkan Allah, menjauhkan larangan larangan-Nya, dan rela terhadap Qadar yang telah ditentukan baginya. Seandainya tidak dapat melaksanakan seluruhnya, paling tidak setiap orang yang beriman itu harus memiliki (dapat mengerjakan)salah satunya. Karenanya setiap orang yang beriman itu wajib memperhatikan hatinya dan seluruh anggota tubuhnya agar dapat mengerjakan ketiga perkara tersebut.”

Wallahu a'lam bishawabπŸ˜€πŸ˜ŠπŸ™

Sumber: Kitab Nashaihul 'Ibad, Masterpiece Syaikh Nawawi Al-Bantany

Posting Komentar untuk "Larangan Berkeluh Kesah Tentang Kesusahan Duniawi, dan Merendah Terhadap Orang Kaya"