Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2 Nilai & Peran Guru Penggerak

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh dan salam jumpa kembali para sahabat semua :-) Btw, apa kabar sahabat semua? Oiya jumpa lagi di kesempatan ini dan semoga kita semua senantiasa sehat dan lindungan dan rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa dan Maha Luas ilmu_Nya, aamiin aamiin aamiin ya rabbal ‘aalamiin.

Sahabat semua, bahwa pada tagihan tugas 1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2 ini, kami para Calon Guru Penggerak mendapatkan ‘challenge’ untuk melakukan refleksi menggunakan Model 4F yaitu: 1) Fact; 2) Findings; 3) Feeling; dan 4) Future. Yang lalu di Indonesia-kan menjadi 4P, yakni: 1) Peristiwa; 2) Pembelajaran; 3) Perasaan; 4) Penerapan; tentang semua materi yang sudah dipaparkan dalam Eksplorasi Konsep. Pada kesempatan Refleksi Koneksi Antar Materi ini, kami diajak untuk menelaah kembali rangkaian pembelajaran mulai dari Modul 1.1 hingga akhir Modul 1.2 ini. Dan olehnya inilah jawaban kami.

Fact / Peristiwa

Mengenai koneksi antar materi dari modul 1.1 dan modul 1.2 ini tentu banyak ‘fact’ yang saya dapati. Beberapa diantaranya misalnya:
  1. Pada modul 1.1 kami belajar bersama, berdiskusi dan mendapatkan pondasi atau pijakan filosofis dari kegiatan pendidikan di Indonesia. Kami belajar tentang hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, alat pendidikan, syarat pendidikan, prinsip-prinsip pendidikan, dan lain sebagainya berdasarkan pada konsep-konsep pemikiran Bapak Pendidikan Nasional kita, Bapak Ki Hajar Dewantara. Untuk lebih jelasnya tentang materi ini silahkan klik disini.
  2. Sementara itu, pada modul 1.2 kami belajar bersama, berdiskusi dan meluaskan wawasan kami mengenai nilai-nilai dan peran guru penggerak. Pada sesi ini kami mempelajari tentang macam-macam konsep yang akan mendukung pada terealisasinya profil pelajar pancasila melalui peran aktif guru penggerak. Dari berapa konsep tersebut diataranya adalah: 
  • Manusia’ tergerak; dalam memahami ini dibahas beberapa hal, misalnya: Kinerja otak (triune brain, berpikir cepat-lambat), Kebutuhan genetis (5 kebutuhan dasar manusia), serta tahap-tahap tumbuh kembang anak.
  • Manusia merdeka ‘bergerak’; dengan pembahasan antara lain: memahami teori pilihan, motivasi intrinsik, profil pelajar pancasila, dan nilai-nilai guru penggerak.
  • Menuntun kekuatan kodrat manusia ‘menggerakkan’; yang meliputi bahasan tentang diagram identitas gunung es, lingkaran pengaruh, dan peran guru penggerak.
Seperti biasa, selain Eksplorasi Konsep, kami semua juga melakukan rangkaian kegiatan-kegiatan, seperti: diskusi dan presentasi di ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, aksi nyata, dan juga refleksi dwimingguan.
Namun demikian, dari peristiwa-peristiwa tersebut maka momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini adalah bahwa kita (manusia) ternyata juga masih kebagian otak reptil dan otak mamalia, sesuai dengan teori otak triune, maka sehingga jangan sampai kedua otak ini justru lepas dan mengambil alih kontrol atas otak primata/otak luhur manusia, karena jika demikian maka hilanglah nilai-nilai kemanusiaan kita. Pada sisi lain kita adalah guru. Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
Lalu kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah bahwa antara modul 1.1 dan modul 1.2 ini memiliki hubungan keterkaitan yang sangat elemental dan sangat prinsipil. Adalah sebuah keterkaitan yang sangat erat dan tak terpisahkan. Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah bahwa materi modul 1.1 menjadi landasan filosofis, yang akan mengkristal dan mengendap dalam jiwa sanubari insan-insan pelaku pendidikan, khususnya para guru dalam menjalankan amanahnya untuk memajukan pendidikan demi harkat dan martabat bangsa kita bangsa indonesia. Sehingga selanjutnya, hal ini akan menjadi nilai intrinsik yang akan mampu menjadi ‘bahan bakar’ yang membuat seorang manusia merasa tersadar dan ‘tergerak’. Dengan kata lain, konsep (pada modul 1.1) ini juga sebagai pondasi konsep pemikiran tempat kita berpijak dalam mendirikan kokohnya rumah bangunan sistem pendidikan nasional kita. Sementara itu, peran modul 1.2 adalah sebagai ‘motor penggerak’nya. Sehingga, setelah tersedianya ‘bahan bakar’ maka bagaimana seharusnya seorang guru penggerak mampu bergerak untuk menggerakkan ekosistem pendidikan. Nilai-nilai apa yang harus dipedomani dan diimplementasikan. Dan juga peran seperti apa yang mesti dijalankan sehingga dia memiliki daya ‘bergerak’, dan ‘menggerakkan’ untuk mewujudkan profil pelajar pancasila dan tujuan pendidikan kita.

Feeling / Perasaan

Pada momen saat saya mengetahui tentang teori otak triune ini, bahwa kita juga memiliki otak reptil yang mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak yang juga berfungsi mengotomatisasi kerja organ dalam tubuh, seperti: jantung, hati, paru-paru, dan lain-lain yang terkait dengan sistem pernapasan, metabolisme, reproduksi, hormon, suhu tubuh, bertahan hidup seperti: refleks untuk fight, flight, freeze (melawan, kabur, diam). Maka pada saat itu saya merasa sedikit ‘weird’, seperti menemukan sebuah fakta atau kenyataan aneh, tapi ya itulah kenyataannya.

Findings / Pembelajaran

Sebelum momen ‘kesadaran’ baru tersebut terjadi, saya berpikir bahwa otak kita adalah yah otak luhur manusia, dan sekarang saya berpikir dan menyadari bahwa dari bagian-bagian itu benar-benar menunjukkan betapa ‘complicated’ dan canggihnya sistem koordinasi otak kita, dan atas fakta ini menunjukkan betapa kemahakuasaan Sang Pencipta, Allah SWT. Jadi, di sini perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman. Kabar baiknya, otak luhur manusia juga dilengkapi dengan kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak reptil dan mamalia) mengambil alih kendali diri kita.
Maka pelajaran yang saya dapatkan, bahwa kita harus bisa mengontrol dan menuntun otak reptil-mamalia kita, juga para peserta didik kita, untuk selalu dalam lingkupan kontrol otak luhur kita. 

Future / Penerapan

Sebagai penerapan ke depan (rencana) saya, saya berusaha menjawab pertanyaan pemantik tentang apa pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak. Untuk menjawab pertanyaan ini, hal sederhana, konkret, dan rutin untuk melakukan pengembangan diri antara lain adalah: 1) membuat suasana belajar yang menyenangkan; 2) melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid; 3) mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan diri secara mandiri, baik daring maupun luring; 4) sering membuat refleksi sederhana, sehingga ada jejak terhadap proses perbaikan kita.


Posting Komentar untuk "1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2 Nilai & Peran Guru Penggerak"