Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Koneksi antar materi modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

koneksi antar materi modul 3.1
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh dan salam jumpa kembali para sahabat abihania.net Btw, apa kabar sahabat hebat semua?😀 Semoga kita semua senantiasa sehat dalam lindungan dan rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa dan Maha Luas ilmu_Nya. Aamiin!
Oiya sahabat, pada kesempatan ini, hari Ahad tanggal 26 Februari 2023, saya ingin berbagi terkait dokumentasi tagihan saya, khususnya tagihan pada alur Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Ya, alur ini memiliki tujuan pembelajaran khusus, antara lain:
  • CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
  • CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Lalu untuk menunjukkan pemahaman yang komprehensif atas materi modul ini dan sekaligus kaitan-kaitannya dengan modul-modul sebelumnya maka kami, sebagai CGP, ditugaskan untuk membuat tulisan yang menunjukkan koneksi antar materi dengan panduan pertanyaan-pertanyaan pemantik sebagai berikut:
  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
  • Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Disamping pertanyaan-pertanyaan tersebut, kami juga dipancing untuk menjawab pertanyaan pemantik terkait kata-kata bijak Bob Talbert dan Friedrich Hegel sebagai berikut:
(1) “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) - Bob Talbert
  • Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
  • Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
  • Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?         
(2) Lalu, menurut kami, apakah maksud dari kutipan dibawah ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah kami alami di modul ini? Jelaskan pendapat kami.   
Education is the art of making man ethical. "Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis" ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Lalu, jawaban-jawaban kami adalah sebagai berikut:

Pertanyaan Pemantik 1 :

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) - “ Bob Talbert “.
Kaitan antara kutipan di atas dengan pembelajaran yang saat ini saya pelajari adalah bagaimana kita sebagai pendidik tidak hanya fokus membangun kompetensi-keterampilannya saja, atau membangun jasmani/fisiknya saja, lebih daripada itu kita juga harus membangun nilai-nilai kabajikan, kita harus membangun ruhnya, kita harus membangun jiwanya, karena jika ini terbentuk maka ini akan menjadi dorongan intrinsik bagi dia untuk selalu berbuat kabajikan dan berbudaya positif baik untuk saat ini, dan sampai nanti.
Agar nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dapat berdampak yang riil pada lingkungan sekitar kita, maka sebagai pendidik kita harus senantiasa menjunjung nilai-nilai kebajikan universal yang berpihak pada murid dan juga secara konsisten menunjukan sikap tanggung jawab, dengan terus berupaya menumbuhkan budaya positif di lingkungan kita dengan sikap keteladanan dengan semangat atau ruh among. yaitu ‘ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karya, dan tut wuri handayani.”

Pertanyaan Pemantik 2 :

"Education is the art of making man ethical". Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah saya alami di modul ini, maka sejauh ini, mulai dari modul 1 sampai hari ini modul 3, maka kami belajar seni itu, belajar macam-macam teknik memoles sebuah bahan atau materi sehingga semakin bernilai seni, sehingga kedepannya, sebagai implementasi dari semua materi PGP ini, saya harus mampu menjadi seniman ulung yang mampu berkarya dengan menghasilkan karya seni bercita rasa tinggi, yakni para manusia yang berperilaku etis karena tertanam pada dirinya budaya-budaya positif dan nilai-nilai kabajikan universal.

14 Guiding Questions on Resume Koneksi Antar Materi

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Seorang pemimpin dalam sebuah pengambilan keputusan harus dapat menganalisis dan mampu membuat keputusan yang senantiasa menerapkan nilai-nilai kebajikan yang berpihak pada murid dan dapat mempertanggungjawabkan apa yang telah menjadi keputusannya berdasarkan 9 langkah pengambilan keputusan.
Nah, kemudian penguatan implementasi atau realisasi dari keputusan-keputusan yang kita buat ini tentu tidak akan berjalan dengan baik apabila lalu kita diam saja, tidak progresif, oleh karenanya untuk mendukung resiliensi dari keputusan yang kita ambil, supaya budaya positif terbentuk, maka harus disumberdayai oleh semangat pratap triloka Ki Hajar Dewantara. Yaitu Ing ngarsa sung tuladha, yang maknanya adalah seorang guru harus mampu secara konsisten menjadi teladan bagi muridnya dalam menegakkan budaya positif dan melaksanakan nilai-nilai kebajikan universal. Ing madya mangun karsa, yang maknanya adalah seorang guru harus mampu membangun semangat, membangun kehendak baik dengan menjalin komunikasi yang baik dengan para murid-muridnya. Lalu, Tut wuri handayani, yaitu peran guru yang dari belakang bisa berperan sebagai sebagai power/daya/kekuatan yang mampu memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensinya.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sesungguhnya apa nampak, atau sesuatu yang akan muncul dari diri kita, baik itu berupa perkataan, perbuatan maupun sikap, adalah merupakan cerminan dari/wujud dari kristalisasi nilai-nilai yang tertanam di dalam jiwa kita. Misalnya, orang yang jiwanya paranoid maka keputusan-keputusan yang akan diambilnya juga akan paranoid. Di lain hal, orang yang berjiwa peduli maka juga akan menelurkan keputusan-keputusan yang menunjukkan sikap peduli pada sesama.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Sering terjadi bahwa ketika seorang guru, misalnya, tahu terhadap permasalahan yang dia hadapi, dia juga bisa menganalisisnya, mengurai anasir-anasir yang terkait, faktor-faktor yang berpengaruh, namun pada giliran pengambilan sikap atau langkah yang akan dia buat, lalu dia bimbang, ragu untuk memutuskan apakah yang A, atau yang B yang nantinya akan membawa dampak yang terbaik, bahkan setelah melakukan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan. Maka pada saat-saat seperti ini coaching sangat dibutuhkan. Karena dengan kegiatan coaching ini seorang guru tadi akan dituntun oleh coach untuk mampu dan percaya diri menentukan langkah dan lalu membuat keputusan yang akan diambilnya.
Nah, bila hal ini dibawa ke ranah guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid maka, kaitan pengambilan keputusan dengan coaching (bimbingan) juga sangat berhubungan erat. Keterampilan coaching telah mengajarkan kepada kita sebagai pemimpin untuk bagaimana melakukan sebuah kolaborasi pola hubungan kemitraan yang setara dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan memberikan bimbingan melalui pertanyaan-pertanyaan yang tentunya bertujuan untuk menggali potensi yang dimiliki oleh diri untuk mendapatkan solusi atas setiap masalah yang dihadapi. Bahkan kita juga bisa mencoaching diri kita sendiri, dengan step by step yang runtut dengan alur TIRTA.
Coaching merupakan keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi. Baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan menggunakan metode TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi serta membaca dan membuat opsi-opsi pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Semuanya menunjukan bahwa coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Sebagai seorang guru atau pendidik tentunya kita harus mampu melihat dan lalu menjembatani perbedaan-perbedaan yang secara kodrati sudah menjadi bawaan lahirnya sehingga ini berimplikasi pada keberagaman murid. Lalu, olehnya, guru harus juga mampu memformulasi sebuah pembelajaran yang mampu mengakomodir daripada keberagaman itu. Selanjutnya dalam kegiatan-kegiatan pembelajarannya, maka tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa seorang guru ini mempunyai kompetensi sosial emosional yang baik, terlebih sebagai pemimpin pembelajaran, dan terlebih lagi dalam membuat keputusan-keputusan sulit terkait dilema etika.
Maka olehnya, dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional, seperti kesadaran diri (self–awareness), pengelolaan diri (self-management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Keberpihakan pada kepentingan murid dapat lahir dari tangan guru/pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Seorang guru yang mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang, dan pada saat yang tepat juga mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika atau bujukan moral.
Kembali lagi sebagaimana pernah saya singgung sebelumnya, bahwa raga adalah cerminan jiwa, maka ketika seorang guru dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan tetap terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Kita semua tahu bahwa nilai-nilai yang mesti ditegakkan dan dijunjung tinggi oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang benar dan tepat sasaran, serta sedapat mungkin meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Dalam sebuah pengambilan keputusan, keputusan apapun yang diambil pasti ada dampak atau implikasi yang jika diamati akan bisa menghasilkan dua sisi pandangan yang berbeda. Namun kita memilih dengan menakar seminim mungkin keputusan yang dapat merugikan semua, dan khususnya adalah kepentingan murid. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral.
Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisis pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil nantinya akan berimplikasi pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk semua warga sekolah, dan terlebih kepada para muridnya. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagaimana saya sendiri sadari, bahwa sebelumnya saya tidak mengenal yang namanya dilema etika, bujukan moral, prinsip pengambilan keputusan, paradigma pengambilan keputusan, serta 9 langkah pengambilan keputusan, dan lain sebagainya. Yah, meskipun mungkin secara random mungkin pernah melakukannya. Dan ternyata setelah mempelajari modul ini, ternyata ada panduan yang selengkap, sedetail dan sesistematis ini. Olehnya, tantangan terbesar untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini, khususnya di sekolah saya, adalah merubah paradigma dan budaya yang ada di sekolah saya. Dimulai dari diri saya sendiri, dan lalu meluaskan lingkar pengaruh kepada yang lainnya, sehingga akan tercipta budaya positif ini di sekolah kami.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Keputusan yang diambil sangat berpengaruh terhadap pengajaran kita, sebab keputusan yang dibuat berdasarkan keterampilan dalam pengambilan sebuah keputusan yakni berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan, akan lebih resilien dan minim resiko dibelakang, dibanding dengan keputusan yang serampangan dibuat. Dengan keterampilan pengambilan keputusan yang sistematis ini, maka murid-murid merasa bahwa ketika ada permasalahan yang mereka lakukan atau mereka alami ada solusi yang diberikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka sebagai murid.
Misalnya, dalam mengambil keputusan kasus dilema etika seorang pemimpin pembelajaran harus mengutamakan 3 hal, yaitu keputusan yang diambil harus berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan yang berpihak pada murid harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan murid. Agar kebutuhan murid terpenuhi maka kebebasan atau kemerdekaan murid untuk belajar harus menjadi prioritas. Untuk mengetahui pembelajaran yang tepat bagi kebutuhan serta potensi yang dimiliki oleh murid yang beragam, maka sebelum keputusan diambil mesti dilakukan identifikasi dan lalu diputuskan dengan terlebih dahulu melakukan 9 langkah pengambilan keputusan.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil seorang pemimpin (guru) tentu akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan atau masa depan murid-muridnya, terlebih lagi apabila keputusan-keputusan yang diambil itu dibuat berdasarkan atas asas keberpihakan kepada murid, berlandaskan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu paradigma dalam pengambilan keputusan adalah apakah keputusan yang diambil memiliki dampak jangka pendek atau jangka panjang. Hal ini pun berkaitan dengan keputusan yang berhubungan dengan para murid. Maka dalam mengambil keputusan khususnya yang berhubungan dengan murid-murid, hendaknya tidak hanya memprioritaskan dampak jangka pendek saja, akan tetapi juga dampak jangka panjang yang berhubungan dengan masa depan para murid juga sangat perlu untuk dipertimbangkan.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Sebagai kesimpulan dari pembelajaran modul ini adalah bahwa dalam pengambilan sebuah keputusan maka harus berlandaskan kepada keberpihakan terhadap murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dan dapat dipertanggungjawabkan, dengan meng-include dan dijiwai sistem among, yaitu: Ing ngarsa sung tuladha, yang maknanya adalah, seorang guru menjadi teladan bagi muridnya. Ing madya mangun karsa yang maknanya, seorang guru harus mampu membangun kehendak baik dengan menjalin komunikasi yang baik dengan muridnya. Lalu, Tut wuri handayani, yaitu peran guru sebagai motor penggerak yang memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensinya.
Pengambilan keputusan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebajikan universal akan memantapkan peran dari seorang guru dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai seorang pendidik. Ketika seorang guru mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan serta dapat dipertanggungjawabkan, maka visi sebagai seorang guru penggerak untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki profil pelajar pancasila dapat terwujud. Dan juga, pengambilan keputusan yang bijaksana, meskipun mungkin tidak akan memuaskan semua pihak, akan tetapi setidaknya akan mampu meminimalisir dampak negatif, sehingga pada akhirnya budaya positif akan terbentuk di lingkungan kita. Dan selanjutnya budaya positif akan menimbulkan harmonisasi hubungan dalam lingkungan sekolah.
Keterampilan mengambil keputusan sangat diperlukan, ketika pembelajaran itu harus berpusat pada murid. Strategi pembelajaran seperti apa yang diterapkan agar dapat mengakomodasi kebutuhan belajar murid tentu memerlukan identifikasi awal yang hasil identifikasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan yang tepat. Pembelajaran berdiferensiasi dengan penerapan kompetensi sosial emosional sebagai salah satu jawaban yang perlu diterapkan agar dapat mengatasi keragaman potensi, minat dan kemampuan siswa dalam belajar.
Coaching akademik adalah sebuah kegiatan yang dapat menjadi pilihan dilakukan oleh seorang guru untuk menggali permasalahan, mengidentifikasi dan menemukan jalan keluarnya dari permasalahan yang sedang dihadapi. Pengambilan keputusan dapat lebih efektif jika sebelumnya dilakukan coaching, karena melalui serangkaian alur TIRTA pada coaching maka potensi-potensi dapat tergali dengan maksimal.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dalam pengambilan keputusan ada dua istilah yang sering digunakan yaitu dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika yaitu pilihan sulit dari dua kasus yang sama sama bernilai benar dan terdapat nilai-nilai kebajikan, akan tetapi ada implikasi yang saling bertentangan, sedangkan bujukan moral yaitu pilihan sulit dari misalnya dua kasus yang satu salah dan satunya benar, akan tetapi ada implikasi yang rumit yang akan menyertainya. Dua jenis situasi inilah yang sering muncul dalam dinamika pengambilan keputusan. Pada kasus Dilema Etika terdapat 4 paradigma yang saling bertentangan dalam pengambilan sebuah keputusan, yakni paradigma Individu lawan masyarakat, paradigma kebenaran lawan kesetian, paradigma keadilan lawan rasa kasihan dan paradigma jangka pendek lawan jangka Panjang. Lalu, ada 3 prinsip mengambil keputusan, yaitu: berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Sedangkan dalam langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan terdapat 9 tahapan, yaitu: mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola), pengujian paradigma benar atau salah, prinsip pengambilan keputusan, investigasi tri lema, buat keputusan, dan meninjau kembali putusan serta refleksikan, apakah sudah betul-betul menghasilkan dampak positif yang diinginkan.
Lalu, hal-hal yang diluar dugaan, bahwa ternyata sebagai pemimpin dalam pembelajaran selama ini, dalam setiap pengambilan keputusan saya secara komprehensif belum sepenuhnya memahami prinsip dan paradigma pengambilan keputusan, serta belum menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan. Akan tetapi kedepan saya berprinsip bahwa saya harus menerapkan ini semua.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum belajar tentang modul ini, selama ini saya sudah beberapa kali berhadapan dengan situasi dilema etika, namun saya belum mengetahui mengenai bagaimana keterampilan pengambilan keputusan, harus berpihak kepada siapa, berdasarkan apa keputusan diambil, serta bisa atau tidak dipertanggungjawabkan. Perbedaan yang sangat jelas adalah ketika sebelum belajar modul ini saya belum memahami pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Perubahan yang ditimbulkan sebagai implikasi dari saya mempelajari modul ini adalah bahwa saya telah memahami macam-macam hal ihwal mengenai pengambilan keputusan, khususnya terkait dilema etika dan bujukan moral, yang mana kita harus berpegang pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan sehingga keputusan yang dibuat benar-benar berpihak kepada murid, berlandaskan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggung jawabkan, serta nir-resiko.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi Modul 3.1 ini sangat penting bagi saya terkait dengan profesi saya sebagai guru, baik sebagai individu maupun sebagai anggota warga sekolah. Karena keterampilan mengambil keputusan ini sangat menentukan kualitas dan efektifitas keputusan yang diambil, dan ini akan mendorong terciptanya harmonisasi dan keselarasan dalam lingkungan tempat saya berada, baik sebagai individu maupun sebagai seorang pemimpin pembelajaran.

Demikianlah apa yang bisa kami paparkan, para sahabat. Mohon maaf jika ada kesalahan, akhir kata terima kasih dan jangan lupa dan komen postingan blog ini😃🙏
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

1 komentar untuk "Koneksi antar materi modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin"

  1. Bacaannya lumayan panjang, tapi alurnya bagus, enak diikuti sehingga ga kerasa dibaca hingga selesai. :-)

    BalasHapus