Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Creative thinking: berpikir kreatif

Sebuah kaleng bekas yang saya temukan di tempat sampah menjadi media pembelajaran "berpikir kreatif" bagi siswa saya. Kaleng susu berkas itu saya letakkan di atas kepala saya, kemudian saya menantang siswa untuk "berpikir kreatif". Apa sajakah yang bisa dibuat dari kaleng bekas ini?

Sepuluh siswa dapat dengan cepat menjawab tantangan itu, diantara beberapa jawaban mereka antara lain:
1. Dapat dibuat menjadi tempat sabun
2. Dapat dibuat menjadi pot bunga
3. Dapat dibuat menjadi tempat pensil
4. Dapat dibuat menjadi gayung
5. Dapat dibuat menjadi rumah jangkrik
6. Dapat dibuat menjadi roda mobil mainan
7. Dapat dibuat menjadi cetakan kue, dsb.
Kesemuanya jawaban tersebut ternyata tidak ada yang menyentuh proses "berpikir kreatif" itu sendiri. Justru yang malah mereka lakukan adalah "berpikir rasional" dan "berpikir fungsional".
Mereka tentu saja melongo akan hal tersebut. Saya menjelaskan bahwa apa yang mereka kemukakan itu adalah gagasan-gagasan yang berangkat dari cara "berpikir rasional" sehingga hasilnya pun adalah benda-benda fungsional. Selain itu apa yang mereka kemukakan itu sesungguhnya hanya dipungut dari pengalaman apa yang pernah dilihat, atau yang pernah dibuat oleh orang lain sebelumnya. Jadi bukan merupakan temuan baru atau inovasi baru. Ketujuh gagasan diatas pada dasarnya sudah pernah direalisasikan oleh orang sebagai bentuk alternatif ketika yang ada hanya kaleng untuk dimanfaatkan.
"Terus bagaimana dong cara berpikir kreatif itu?" Tanya mereka bernada protes.
"Mengapa tidak ada yang berpikir untuk menggunting kecil-kecil kaleng ini kemudian menggorengnya menjadi misalnya "kerupuk kaleng?" Kata saya.
"Kerupuk kaleng?" Tapi buat apa kerupuk kaleng, kan tidak bisa dimakan, pak?" Protes mereka lagi.
Nah, itulah persoalannya. Karena kalian hanya berpikir rasional, sehingga tidak berani berpikir yang lebih kreatif dengan membebaskan diri dari kurungan rasional.
Tantangan saya tadi kan bukan untuk membuat benda benda yang ada gunanya. Yang saya tantang adalah cara berpikir kreatif mu, adakah yang berani keluar dari cara berpikir fungsional. Pada zona berpikir kreatif banyak yang dapat dikembangkan, meski pada awalnya banyak orang yang selalu berpikir fungsional akan melihatnya sebagai cara berpikir orang gila, semata karena mereka menganggap tak ada fungsinya apa apa.
Ada banyak penemu di dunia ini yang awalnya dianggap orang gila, atau orang berpotensi gila. Misalnya Archimedes dengan hukum masa jenisnya, Wright bersaudara yang membikin pesawat terbang, Galileo dengan teori heliosentris nya. Dan masih banyak yang lainnya.
Disini tampaklah perbedaan antara berpikir kreatif dengan berpikir rasional. Berpikir kreatif tidak lepas dari peran imajinasi, sedang berpikir rasional tidak lepas dari dukungan otak. Tetapi imajinasi tidak boleh disamakan dengan hayalan karena hayalan boleh saja ngelantur. Imajinasi adalah energi kreatif dan boleh jadi memang ada hubungannya dengan "ilham". Wallahu a'lam bishawwab"
(Badaruddin Amir_Pengawas Dikpora Kab. Barru)

2 komentar untuk "Creative thinking: berpikir kreatif"

  1. Keren pak inspiratif sekali, tapi terkadang tdk mendapat dukungan bahkan cenderung cibiran

    BalasHapus